Penulis : Alpiah,S.Pd
(Guru TK YBIS Sako)
Alhamdulillah, wa shalaatu wa salaamu’ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Ummahat semua, memang tidak gampang menjadi orang tua. Banyak sekali polemik yang dihadapi saat kita sebagai orang tua menentukan pilihan untuk mendidik anak. Terkadang yang kita anggap benar dan sempurnapun belum tentu itu yang terbaik buat anak bahkan bisa saja pilihan yang kita ambil akan menjadi boomerang dan membuat penyesalan di kemudian harinya. Menjadi orang tua yang over protektif pun keliru. Sudah taukah tipe orang tua seperti apakah ummahat semua ?
Semua orang tua pasti memiliki ke khawatiran tersendiri terhadap anak-anaknya. Apalagi jika anak sudah memasuki usia bermain dimana seorang anak mulai mengeksplore keingintahuannya di lingkungan rumah maupun di lingkungan luar rumah. Orang tua juga sudah mulai protektif terhadap anaknya agar dapat terhindar dari bahaya di sekitarnya.
Orang tua yang overprotektif biasanya terlalu berlebihan saat terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Contohnya, aktivitas dan pergerakan akan sangat di batasi, selalu menuntut anak sempurna di depan orang, menentukan pilihan untuk anak, membuat peraturan yang sangat ketat bahkan yang sangat berlebihan yaitu menuntut anak untuk berprestasi di bidang pilihan orangtuanya. Tidak di pungkiri bahwa itu semua dilakukan untuk kebaikan anak-anaknya semata-mata untuk melindungi anaknya.
Sebuah studi dari para ilmuwan di Institut Psikiatri, Psikologi dan Neuroscience di King’s College London mengatakan bahwa orangtua overprotektif, hanya akan menjadikan anak mengalami kecemasan (anxiety disorder). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, penyakit psikologis ini bisa membuat seseorang tidak berdaya dan merasa tidak mampu menghadapi kecemasannya sendiri sehingga ingin lari dari masalahnya dengan mengembangkan defend mechanism (mekanisme pertahanan diri/ego).
Berikut ini beberapa dampak negatif orang tua overprotektif yang bisa terjadi pada anak:
Sebuah studi 2016 dari Universitas Negeri Florida, Amerika Serikat (AS), menemukan, anak-anak yang dibesarkan dengan cara terlalu protektif oleh orang tuanya cenderung memiliki masalah kesehatan saat dewasa. Peneliti menyimpulkan, anak-anak tersebut tidak pernah belajar bagaimana mengelola kesehatannya sendiri. Hal ini dikarenakan orang tua mereka selalu mendikte kapan harus tidur dan berolahraga, apa yang harus dimakan, dan masih banyak lagi.
Beberapa penelitian mengatakan, anak yang tumbuh dari orang tua overprotektif mengalami pencapaian akademik yang menurun dibanding anak lainnya. Dampak negatif ini terjadi pada berbagai tahap pendidikan, seperti masa sekolah maupun kuliah. Penurunan prestasi akademis ini dicurigai terjadi akibat gangguan kecemasan, depresi, hingga hilangnya rasa percaya diri yang muncul dari orang tua yang terlalu protektif.
Pada masa kanak-kanak, proses tumbuh kembang sangat penting dalam membentuk anak menjadi individu seutuhnya. Maka, penting untuk membiarkan anak menghadapi masalah dan mengambil keputusannya sendiri. Jika segala keputusan dan masalah yang terjadi pada anak selalu diatur dan diselesaikan dengan campur tangan orang tua, maka anak akan terbiasa dan menjadi tidak percaya diri dalam bertindak.
Dampak merugikan lainnya dari orang tua overprotektif adalah anak jadi tidak mandiri. Orang tua yang terlalu protektif cenderung selalu memberikan bantuan. Akibatnya, dalam jangka panjang anak jadi ketergantungan pada orang tua. Anak yang tidak mandiri tentunya akan berdampak pada kehidupannya di masa dewasa kelak ketika orang tua tidak lagi dapat memberikan bantuan. Ia jadi tidak dapat mengambil keputusan dan bertindak untuk diri sendiri.
Keterlibatan orang tua yang berlebihan dalam kehidupan si kecil sewaktu-waktu akan memunculkan rasa muak pada dirinya. Perasaan tersebut dapat terjadi bila anak tidak mampu menghadapi tekanan, kritik, atau aturan yang Anda berikan. Ketika anak mulai muak atas segala tindakan orang tua yang terlalu protektif, ia akan dengan mudah berbohong untuk menghindari campur tangan Anda dalam kehidupannya atau sekadar ingin menghindari masalah.
Jika Anda mencegah anak melakukan segala sesuatu, maka lama-kelamaan ia menjadi takut dan mudah cemas dalam mencoba hal baru. Padahal, dalam hidup, segalanya serba tidak terduga dan butuh kemampuan adaptasi yang baik.
Dalam jangka pendek, mungkin sikap overprotektif Anda dapat melindungi si kecil dari bahaya. Namun, dalam jangka panjang, banyak sekali dampak negatif yang bisa terjadi pada anak, salah satunya depresi. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dapat mengalami depresi. Kondisi depresi yang terjadi pada anak merupakan akibat akumulasi jangka panjang dampak psikologis dari orang tua overprotektif, seperti kecemasan dan ketidakpercayaan diri.
Memproteksi anak memang bagus, memberikan mereka beberapa aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar itu bisa melatih kedisiplinan diri anak, akan tetapi jika aturan tersebut terlalu banyak dan anak merasa ‘sesak’ karena tidak memiliki kebebasan memilih sama sekali, berarti Anda telah berubah menjadi orangtua yang over protektif dan hal ini justru membahayakan psikologis anak.
Salah satu solusi untuk meminimalisir kesan over protektif orangtua setiap kali membuat peraturan baru, diskusikan terlebih dahulu dengan anak, minta masukan mereka dan dengarkan pendapat mereka, kalau perlu ubahlah aturan tersebut sesuai kesepakatan bersama.
Sumber:
https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/terlalu-protektif-terhadap-anak-ini-akibatnya
Tinggalkan Komentar