Penulis : Dhella Anggesta Vanindya, S.Tr. Ak. (Staf SD YBIS)
Dalam kegiatan sehari-hari, anak-anak selalu belajar terhadap keadaan sekitarnya, didalam proses belajar itu terkadang kesalahan-kesalahan kecil terjadi sebagai pupuk pembelajaran bagi anak.
Banyaknya sikap baik yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini terkadang membuat kita sebagai orangtua melewatkan sebuah sikap sang Pemberani yang sesungguhnya pada anak, yaitu sikap Peminta Maaf.
Kesalahan-kesalahan kecil yang terkadang melukai orang disekitar tanpa disengaja dan dianggap menjadi sebuah hal remeh akan menjadi hal yang sangat biasa bagi anak-anak jika terus dibiarkan, padahal kesalahan-kesalahan kecil itulah yang menciptakan jarak sedikit demi sedikit dengan orang disekitarnya.
Semakin bertumbuh, biasanya sikap gengsi dan pemalu anak akan menutupi Keberanian mereka dalam Meminta Maaf. Oleh karena itu, anak-anak harus mulai mengerti dan dibiasakan tentang sikap Keberanian sebagai sang Peminta Maaf.
Lalu,
Bagaimana ketika ingin mulai mengajari sikap Keberanian sang Peminta maaf kepada anak ?
1. Mengajak anak berpikir kalau dirinya telah melakukan kesalahan
Ketika berada di dalam situasi tertentu anak-anak melakukan kesalahan besar, sebaiknya Orang tua tidak perlu langsung memaksa untuk mengatakan kata maaf.
Cobalah untuk pelan-pelan berdiskusi, sehingga dirinya belajar untuk mengetahui bahwa perilaku tersebut salah karena dapat menyakiti, merugikan atau bahkan melukai orang lain.
Proses ini cukup berguna ketika diperkenalkan, baik kesalahan tersebut dilakukan secara sengaja ataupun tanpa sengaja.
Intinya, anak-anak pun perlu memahami bahwa setiap perilaku yang dilakukan dapat berdampak kepada orang lain.
Ia perlu tahu setiap orang memiliki perasaan berbeda, sehingga anak-anak akan jauh menghargai kata ‘maaf’ ketika pernah melakukan kesalahan ke orang lain.
Pemahaman konsekuensi terhadap perilakunya sendiri, setidaknya bisa membuat anak-anak sedari kecil lebih sadar bila melakukan kesalahan dan tidak akan lagi mengulanginya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”
HR. Muslim, no. 2588
2. Berusaha mengingatkan, tanpa harus memaksa atau memarahi
Usia anak-anak terkadang seringkali melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Misalkan saja, anak-anak tidak sengaja menyengol gelas di meja makan hingga pecah.
Jika anak-anak tetap mengabaikan perilaku yang seharusnya dilakukan yaitu meminta maaf, ada baiknya Orang tua memberitahukannya secara tegas.
Perlu diingat tegas bukan berarti harus memarahi, namun dirinya juga perlu mengetahui bahwa ada konsekuensi bila tak kunjung minta maaf seperti hubungan menjadi kurang baik.
Sebagai orangtua, perlu mengatakan bahwa perilakunya salah dan sebaiknya tidak diulangi di lain waktu.
3. Berusaha untuk selalu memberikan contoh yang baik
Anak-anak seringkali mencontoh orang yang ada di sekitar, termasuk orangtuanya sendiri.
Sebelum mengajarkan anak-anak untuk berani untuk meminta maaf, ada baiknya semua anggota keluarga berusaha memberikan contoh.
Lingkungan yang positif tentu membuat anak orang tua belajar dan semakin terbiasa untuk tidak segan bila ada salah.
Anak-anak juga perlu mengetahui bahwa meminta maaf ketika salah bukanlah sesuatu yang memalukan, ini justru sesuatu hal positif karena menunjukkan bahwa seseorang bisa berlapang dada dan mengakui semua kesalahannya.
4. Mengajarkan anak untuk belajar berempati
Anak-anak sewaktu kecil perlu sekali mulai belajar untuk belajar mengenai empati. Ini termasuk salah satu modal ketika sedang bersosialisasi terhadap banyak orang.
Ketika anak-anak memiliki perasaan empati diharapkan mereka bisa lebih peduli terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya.
Rasa empati pun perlu diasah agar anak orang tua mampu memiliki kemampuan dalam menyingkirkan kepentingannya diri sendiri serta belajar mengerti perasaan orang lain.
Empati yang dimiliki oleh anak-anak dapat membuat ia memahami orang lain yang mungkin sempat terluka akibat tindakannya sendiri, baik secara fisik maupun emosional.
Jika diperkenalkan sedari kecil, anak orang tua pun dapat menerima segala konsekuensi terhadap kesalahannya dan bertanggung jawab untuk meminta maaf.
5. Berikan apresiasi atau pujian kecil saat anak berani minta maaf
Dalam hidup ini semua orang tidak akan lepas dari berbuat salah, termasuk anak-anak. Rasa bersalah karena sempat melakukan sesuatu yang kurang baik perlu ditanamkan sejak usia dini agar terbiasa untuk meminta maaf.
Orang tua hanya perlu mengawasi perkembangan anak dalam belajar menyikapi dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika anak-anak berhasil sewaktu-waktu untuk berani minta maaf, jangan lupa memberikan pujian.
Dengan sebuah pujian kecil, anak orang tua akan belajar bahwa dirinya berhasil melakukan sesuatu yang diinginkan oleh kedua orangtuanya. Pujian ini juga membantunya untuk sekadar motivasi agar selalu mengulangi tindakan minta maaf saat ia melakukan kesalahan.
“Keberanian tidak selalu tentang melantangkan pendapat dengan gagah, tetapi melawan rasa malu dan gengsi untuk Meminta Maaf kepada orang yang disakiti”
Jadi Mams, jangan lupa tanamkan Keberanian Meminta Maaf kepada sang anak sejak kecil ya, jangan sampai rasa malu dan gengsi mengalahkannya.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/www.popmama.com/amp/kid/4-5-years-old/fx-dimas-prasetyo/mendidik-sedari-kecil-begini-cara-mudah-mengajari-anak-minta-maaf https://rumaysho.com/28515-sudahlah-maafkanlah-dia-agar-allah-memaafkan-kita.html
Tinggalkan Komentar