Penulis : Alpiah Ahmad (Guru TK YBIS)
Pola asuh anak adalah sebuah pola yang dilakukan untuk melatih anak-anak yang dilakukan dengan cara interaksi normatif pada orangtua dan cara merespons perilaku anak-anak.
Tahukah anda apa itu pola asuh otoriter ?
Memilih pola asuh yang tepat itu memang bukanlah perkara yang mudah. Sebagian orangtua pun menganggap pola asuh otoriter adalah yang terbaik sehingga mereka lebih memilih menerapkan pola asuh otoriter pada anaknya.
Pola asuh otoriter itu sendiri adalah gaya pengasuh yang paling ketat dan keras. Tipe pengasuhan ini berasal dari keyakinan orangtua bahwa perilaku dan sikap anak harus di bentuk oleh standar perilaku yang ketat.
Ciri-ciri pola asuh otoriter adalah :
Dalam pola asuh otoriter, orangtua memiliki banyak aturan yang harus diikuti oleh anak. Orangtua otoriter mengatur hampir setiap aspek kehidupan dan perilaku anaknya, mulai dari bagaimana ia harus berperilaku di rumah maupun di depan umum. Selain itu, anak juga tak mendapat penjelasan mengapa aturan-aturan tersebut perlu diikuti.
Orangtua dengan pola didik otoriter umumnya bersikap dingin dan kasar. Ia akan lebih banyak mengomel dan meneriaki anaknya daripada memuji atau memberi dukungan. Selain itu, ia juga cenderung tak ingin mendengarkan anak dan hanya mengedepankan kedisiplinan.
Dalam pola asuh otoriter, orangtua tidak melibatkan anak dalam mengambil keputusan. Ia juga cenderung enggan menjelaskan pada anak mengenai keputusan yang diambil, dan hanya menginginkan anak menurutinya saja. Bahkan orangtua otoriter juga sangat jarang berbicara dari hati ke hati dengan anak.
Sikap otoriter orangtua menuntut anak untuk melakukan apa pun dengan benar. Ketika anak berperilaku buruk, orangtua yang otoriter tidak memiliki kesabaran untuk menjelaskan pada anak mengapa perilaku tersebut harus dihindari. Ia juga tidak ingin mendengarkan penjelasan anak, dan mungkin akan langsung memarahinya habis-habisan.
Contoh pola asuh otoriter adalah orangtua menggunakan rasa takut anak sebagai sumber kontrol utama. Ketika anak melanggar aturan, alih-alih memberikan perhatian, mereka justru akan bereaksi dengan amarah dan kasar. Ia tak segan memberi hukuman agar anak selalu patuh. Bahkan hukuman fisik, seperti halnya memukul juga kerap dilakukan.
Dalam pengasuhan otoriter, orangtua tidak membiarkan anak membuat pilihan sendiri. Ia akan bersikap dominan sehingga membuat anak tak memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya. Orangtua otoriter juga akan berdalih bahwa ia tahu apa yang terbaik untuk sang anak sehingga tak boleh dibantah.
Orangtua otoriter mungkin menggunakan rasa malu sebagai senjata untuk memaksa anak mengikuti aturannya. Ia akan mengatakan mengapa anak tak pernah melakukan sesuatu dengan benar atau mengapa anak selalu mengulangi kesalahan yang sama sehingga mempengaruhi harga diri anak. Pola pendidikan otoriter cenderung percaya bahwa mempermalukan anak akan memotivasinya untuk berbuat lebih baik.
Dampak pola asuh otoriter pada anak
Karena hanya berfokus pada kontrol tanpa adanya kehangatan, pola asuh otoriter dapat memberi berbagai tekanan pada anak. Sebagian besar penelitian pun menemukan bahwa bentuk pengasuhan otoriter terkait dengan dampak negatif yang lebih banyak.
Adapun dampak pola asuh otoriter adalah :
Pola asuh ini tidak disarankan oleh psikolog anak karena mempertimbangkan tumbuh kembang anak. Umumnya, pola asuh cenderung diturunkan dari generasi ke generasi. Jika orangtua dibesarkan dalam gaya pengasuhan otoriter, maka ia juga mungkin akan menerapkan cara yang sama pada anaknya. Sebuah penelitian di Indonesia menjelaskan bahwa sikap otoriter orang tua akan berpengaruh pada perilaku anak. Anak cenderung penakut, mudah stress, mudah tersinggung, dan murung.
Sumber : https://www.google.co.id/amp/s/www.sehatq.com/artikel/terapkan-pola-asuh-otoriter-ini-dampaknya-pada-anak/amp
Tinggalkan Komentar