Penulis : Anita, S.E.
(Staf Administrasi TK YBIS)
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita sebagai orangtua bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan anak secara keseluruhan, termasuk bagian gigi dan mulut mereka. Dalam merawat kesehatan gigi dan mulut tersebut, memiliki peranan yang sama pentingnya seperti menjaga kesehatan tubuh. Namun sangat disayangkan, masih sedikit orangtua yang sadar bahwa mengajarkan anak tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan sejak dini. Lebih tepatnya, anak harus sudah diperkenalkan sejak usia 6 bulan agar kedepannya anak-anak sudah terbiasa untuk menjaga Kesehatan gigi dan mulut mereka, misalnya dengan menggosok gigi setelah makan.
Salah satu kebiasaan kurang baik para orangtua adalah mengajak anaknya ke dokter gigi saat gigi sang anak sudah terlanjur berlubang dan sakit. Sebelum hal itu terjadi, Cobalah untuk mengenalkan dokter gigi pada anak sejak kecil. Dan sebenarnya, anak-anak sudah bisa diajak ke dokter gigi sejak umur enam bulan, tepatnya setelah gigi susu pertama tumbuh dan selambat-lambatnya saat berumur satu tahun. Banyak pembelajaran baru yang bisa dipelajari anak-anak saat berkunjung ke dokter gigi untuk pertama kalinya, seperti mengenal seorang dokter gigi, mengetahui alat-alat yang digunakan, dan sistem kerja dokter gigi. Dengan demikian, anak-anak bisa merasa nyaman dan tidak takut untuk pergi ke dokter gigi.Di saat yang bersamaan, dokter gigi sendiri juga bisa sembari mengecek kondisi kesehatan gigi sang anak. Jika ada masalah struktur sejak kecil atau ada pertumbuhan gigi yang awalnya kurang bagus, dokter bisa membantu memberikan penanganan lebih lanjut.
Para dokter gigi merekomendasikan anak-anak untuk ke dokter gigi biasanya 4-6 bulan sekali, tergantung kondisi gigi dan mulut anak-anak. Nantinya, dokter gigi akan memeriksa kondisi kesehatan mulut dan gigi anak. Jika dirasa gigi dan mulutnya bersih, maka pengecekan tidak masalah dilakukan enam bulan sekali. Namun jika didapati mulut dan gigi anak-anak kurang baik, sikat giginya jarang, mungkin disarankan untuk bisa lebih sering datang ke dokter gigi. Karena semakin kotor rongga mulut, maka lubang semakin cepat muncul . Dan biasanya jika sudah seperti ini, maka dokter akan menjadwalkan 3-4 bulan sekali untuk diperiksa Kembali.
Di jaman serba modern ini, banyak cara yang dapat Mama gunakan untuk mengenalkan kebersihan gigi dan mulut kepada anak, diantaranya yakni lewat tayangan video edukasi seputar dunia kesehatan gigi, buku cerita, hingga memberikan mainan sensoris tentang dokter gigi. Dan sebenarnya, anak merupakan peniru yang ulung, sehingga apapun yang dilakukan orangtua akan berpengaruh kepada anak. Dari situ, kita bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mengajari anak cara menyikat gigi yang benar dengan memberikan contoh langsung saat kita sedang menyikat gigi. Lakukan hal ini secara berulang, agar bisa menjadi kebiasaan yang baik untuk sang anak.
Para orangtua kebanyakan mengira makanan manis menjadi pemicu utama terjadinya gigi berlubang, hal tersebut tidak bisa disangkal namun tidak juga sepenuhnya benar. Pasalnya, makanan yang memiliki rasa asin pun, seperti keripik, juga bisa memicu munculnya gigi berlubang jika terlalu lama menempel di gigi tanpa disikat. Sebenarnya tidak masalah makan cokelat atau permen, tapi ada feeding rulesnya. Jangan setelah makan utama langsung dikasih cokelat, jadi harus ada jarak makan satu dan kedua, harus dua jam dulu baru dikasih lagi. Karena Kita harus memberi kesempatan air ludah untuk menetralisir kondisi rongga mulut anak-anak terlebih dahulu.
Sejak tumbuh gigi pertama (sekitar umur 6 bulan), anak sudah bisa menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Namun setiap tingkatan umur anak memiliki takaran masing-masing. Sebenarnya kalau takarannya sesuai usia bakal aman-aman aja. Kalau anak dibawah 3 tahun itu pasta giginya cukup sebesar biji beras, jadi sedikit aja. Kalau usia di atas 3-6 tahun bisa ditambahkan dosisnya sebesar biji jagung. Anak-anak juga boleh menggunakan pasta gigi yang biasanya digunakan orang dewasa, asalkan takarannya sesuai. Biasanya, yang membedakan pasta gigi anak dan pasta gigi dewasa lebih pada rasanya saja. Menyikat gigi anak harus dilakukan secara tepat dan menyeluruh. Sayangnya masih banyak orangtua yang kurang aware terhadap cara menyikat gigi anak. Mereka merasa cukup saat melihat anaknya sudah selesai sikat gigi, tanpa memastikan giginya sudah bersih atau belum. Sisa makanan di gigi harus benar-benar terangkat demi terhindar dari gigi berlubang atau masalah gigi lainnya.
Sebelum mengajak anak untuk menyikat gigi secara rutin, kita perlu membuat anak paham terlebih dahulu mengenai gambaran bahwa semua gigi itu penting dan harus dijaga kebersihannya. Jika ada momen di mana para orangtua melihat anak sedang menggigit atau mengisap sikat gigi, maka biarkan saja, jangan dihentikan. Biarkan anak mengeksplorasi giginya secara mandiri. Setelah itu, barulah kita bisa coba mengajarkan anak cara menggosok gigi dengan benar. Sikat gigi bisa dua kali, pertama biarkan dia eksplorasi dan selanjutnya barulah kita yang membersihkan sisa-sisa makanan yang masih menempel di gigi anak. Karena memang anak-anak dibawah usia 7 tahun tidak bis akita biarkan untuk menyikat gigi nya sendiri, jadi masih perlu bantuan para orangtua untuk menyikat giginya karena koordinasi tangan anak-anak belum cukup baik untuk melakukannya dengan baik dan benar.
Demikian beberapa tips mengajarkan anak menjaga kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Semoga informasinya bermanfaat untuk kesehatan gigi dan mulut si Kecil ya, moms !
Sumber : POPMAMA.com
Tinggalkan Komentar