Penulis : Lilis Hidayah, S.Pd.
(Kepala TK YBIS SEKIP)
Alhamdulillah, wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Pada masa kehidupannya, penting bagi seseorang dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional nya. Di masa emas inilah waktu paling tepat bagi setiap anak untuk menstimulasi aspek perkembangan sosial melalui kebutuhan primer nya yaitu bermain. Di mana masih banyak di antara kita beranggapan bahwa perkembangan kognitif lebih penting daripada perkembangan lainnya. Namun, pada kenyataan nya perkembangan sosial emosional tidak kalah penting untuk distimulasi lebih intens pada anak usia dini. Mengapa demikian? Berikut beberapa alasan pentingnya perkembangan sosial pada anak yaitu;
Salah satu pentingnya aspek sosial emosional untuk anak karena bisa membantunya dalam bersosialisasi. Hal ini sangat penting mengingat makhluk hidup tidak bisa hidup sendirian. Di usia dini, anak sudah boleh diajari untuk membangun hubungan sosial. Melalui perkenalan, anak mulai bisa berinteraksi dan saling berbagi.
Sejak dini anak dapat dikenalkan dengan aturan-aturan bermain serta memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu secara mandiri. Orang tua atau pendidik berperan sebagai motivator agar anak lebih semangat serta orang tua atau pendidik dapat memberikan apresiasi berupa reward terhadap pencapaian anak.
Penting bagi anak dapat mengekspresikan perasaannya sehingga orang tua atau pendidik dapat memberikan treatment belajar yang tepat sesuai perasaan anak.
Penyelesaian masalah pada anak di lingkungan sosial nya penting untuk distimulasi agar anak terbiasa menerapkan good manners dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya; meminta maaf kepada orang lain saat berbuat salah, mengucapkan kata terima kasih setelah dibantu, dan lain-lain.
Alasan penting adanya pengembangan aspek sosial emosional yaitu membantu anak untuk mengekspresikan diri. Anak-anak cenderung mengikuti tingkah laku dan cara berbicara orang di sekitarnya. Namun, anak tidak tahu bahwa itu baik atau tidaknya. Orang tua atau pendidik dalam hal ini berperan untuk memberikan kesempatan kepada anak agar berani bercerita tentang apa yang dialami nya serta dapat memberikan respon positif kepada anak.
Setelah kita tahu alasan pentingnya perkembangan sosial emosional pada anak, di bawah ini kita akan membaca apa saja tahapan bermain sosial pada anak usia dini. Berdasarkan bentuk interaksi anak, tahapan bermain anak usia dini dikategorikan menjadi 6 jenis oleh Mildred Parten. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Pada tahap ini anak belum terlibat langsung dalam kegiatan bermain, tapi lebih banyak mengamati segala sesuatu yang menarik perhatian. Baik berupa kegiatan anak lain maupun kejadian-kejadian di sekitarnya.
Jika anak tak menemukan hal menarik perhatiannya, ia akan bermain dan menyibukkan dirinya sendiri. Misalnya dengan menyentuh-nyentuh bagian tubuhnya, bergerak tak beraturan, dan sebagainya.
Pada tahap ini anak mulai bisa bermain secara aktif, namun hanya asyik sendiri. Anak cenderung tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya. Pada tahap ini sifat egosentris masih dominan, di mana anak memusatkan perhatiannya pada diri sendiri dan belum ingin berinteraksi dengan anak di sekitarnya. Anak baru akan menerima dan menyadari kehadiran orang lain apabila merasa diganggu. Misalnya anak sedang bermain sebuah benda, lalu seseorang mengambil benda tersebut.
Pada tahap ini anak mulai senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan melihat anak-anak lain bermain. Hal yang membedakan tahap ini dengan tahap unoccupied adalah adanya minat anak yang besar terhadap kegiatan yang diamatinya. Anak mulai menyadari bahwa ia adalah bagian dari lingkungannya. Walaupun anak sudah tertarik, namun ia belum bergabung ke dalam kegiatan tersebut. Sehingga pada tahap ini, ia biasanya berada di pusat aktivitas hanya untuk melihat, mengamati, dan mendengarkan anak lain asyik bermain.
Pada tahap ini anak sudah bisa bermain secara berdampingan atau berdekatan dengan anak-anak yang lain. Meski begitu, tahap ini anak masih tidak mempedulikan satu dengan yang lain, mereka hanya fokus pada permainan dan peralatan bermain mereka sendiri atau memainkan permainan yang sama namun tidak terjadi kontak nyata diantara mereka.
Pada tahap ini anak-anak bermain di waktu dan tempat yang sama namun belum menunjukkan interaksi sosial. Misalnya tiga orang anak bermain mobil-mobilan di tempat yang sama namun tidak bermain bersama.
Tahap ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan bermain yang dilakukan di tempat, waktu, dan jenis permainan yang sama namun tidak terjadi bentuk kerja sama. Interaksi yang dilakukan anak biasanya sebatas percakapan sederhana atau saling meminjam alat bermain. Tahap bermain ini belum menunjukkan adanya pembagian peran atau kegiatan yang mengarah ke tujuan yang sama.
Misalnya anak sedang mewarnai bersama, interaksi yang dilakukan sebatas meminjam pensil warna dari teman bermainnya namun belum sampai bekerja sama untuk mewarnai objek yang sama.
Tahap ini, anak sudah mulai bisa memutuskan sendiri cara bermainnya dan mulai bisa bekerja sama. Misalnya anak mulai bermain sepak bola secara sederhana dengan memilih dua tim yang saling berlawanan dan dipimpin oleh dua kapten tim. Dalam permainan tersebut anak sudah menampakkan kemampuan bekerja sama dan pembagian peran.
Sumber: Khadijah dan Armanila. 2017. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing
Tinggalkan Komentar