Info
Saturday, 12 Oct 2024
  • Telah dibuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran 2023 / 2024 untuk TK dan SD Yaa Bunayya Islamic School, untuk info lebih lanjut silahkan hubungi kontak pada website.

Penyakit ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Friday, 17 December 2021 Oleh : admin
Penulis : Lukluul Magnun, S.Si.
(Guru TK YBIS)
   

Apa itu ADHD?

Attention-Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan perkembangan saraf masa kanak-kanak yang paling umum. Kondisi ini biasanya didiagnosis pertama kali saat anak-anak dan bisa bertahan hingga dewasa. Anak dengan kondisi ini biasanya punya masalah mencari perhatian, mengendalikan perilaku impulsif (dapat bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya), dan terlalu aktif.

Tiga subtipe dari ADHD adalah:

  • Dominan hiperaktif-impulsif

Orang dengan ADHD yang lebih dominan hiperaktif-impulsif biasanya memiliki masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

  • Dominan inatensi

Orang dengan ADHD yang lebih dominan inatensi biasanya memiliki gejala tidak dapat memperhatikan dengan baik.

  • Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi

Kelompok ini memiliki gejala hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan.

Apa perbedaan ADHD dan Autisme?

Anak dengan ADHD dan autisme sama-sama memiliki masalah dengan perhatian. Perilaku mereka suka berubah tiba-tiba (impulsif) dan juga sulit berkomunikasi. Mereka mempunyai masalah dalam berhubungan dengan orang lain. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yaitu perhatian, interaksi sosial, dan kebiasaan.

Apa saja tanda-tanda dan gejala ADHD?

American Psychiatric Association menyebut gejala kondisi ini adalah:

  • Kurang perhatian (tidak bisa tetap fokus).
  • Hiperaktif (terlalu banyak pergerakan hingga tidak bisa diam).
  • Impulsivitas (tindakan tergesa-gesa yang terjadi tanpa dipikirkan).

Banyak gejala anak hiperaktif, seperti aktivitas tinggi, kesulitan untuk tetap diam dalam waktu yang lama, dan rentang perhatian yang terbatas, umumnya terjadi pada anak kecil. Perbedaan anak hiperaktif dengan anak lain adalah tingkat hiperaktif dan kurang perhatian mereka lebih tinggi daripada anak-anak kebanyakan. Perilaku itu juga bisa menyebabkan kesusahan atau masalah di rumah, di sekolah, atau lingkungan pertemanan.

Berdasarkan jenisnya, gejala yang ditimbulkan orang dengan ADHD adalah :

Dominan inatensi

Orang dengan kondisi ini biasanya merasakan :

  • Tidak memperhatikan hal detail atau membuat kesalahan ceroboh pada tugas sekolah atau pekerjaan.
  • Bermasalah dalam fokus terhadap tugas atau aktivitas, seperti dalam kelas, percakapan, atau bacaan panjang.
  • Seperti tidak mendengarkan lawan bicara.
  • Tidak mengikuti arahan dan tidak menyelesaikan tugas sekolah atau kantor.
  • Menghindari atau tidak menyukai tugas yang melibatkan upaya mental berkelanjutan (menyiapkan laporan dan mengisi formulir).
  • Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau menjalani keseharian.
  • Mudah terdistraksi.
  • Melupakan tugas sehari-hari.
  • Punya masalah mengatur tugas dan pekerjaan.

Contoh memiliki masalah mengatur tugas dan pekerjaan yaitu tidak bisa mengatur waktu dengan baik, pekerjaan berantakan, dan melewatkan deadline).

Dominan hiperaktif/impulsif

Orang dengan kondisi ini biasanya merasakan :

  • Gelisah dengan mengetukkan tangan atau kaki, atau menggeliat di kursi.
  • Tidak bisa duduk diam (di kelas, atau ruang kerja).
  • Lari atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.
  • Tidak bisa bermain atau melakukan aktivitas di waktu luang dengan tenang.
  • Selalu “dalam perjalanan”, seakan digerakan oleh motor.
  • Terlalu banyak bicara.
  • Menjawab sebelum pertanyaan selesai dilontarkan (memotong pembicaraan).
  • Kesulitan menunggu giliran saat mengantri.
  • Melakukan interupsi terhadap orang lain

Interupsi tersebut misalnya dalam percakapan, permainan, atau aktivitas, menggunakan barang orang lain tanpa permisi. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Apa penyebab ADHD?

Belum ditemukan banyak informasi mengenai penyebab ADHD. Namun, para ilmuwan masih mempelajarinya. Penyebab dan faktor risiko kondisi ini tidak diketahui, tapi genetik berperan penting. Selain genetik, ilmuwan juga mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko yang lain, seperti:

  • Cedera otak
  • Paparan lingkungan dalam masa kandungan atau usia dini
  • Penggunaan alkohol dan tembakau saat kehamilan
  • Kelahiran bayi prematur
  • Berat badan lahir yang rendah (BBLR)
  • Sering bermain video game

Hal tersebut turut diperkuat oleh hasil penelitian dalam Journal of American Medical Association (JAMA). Menurut Adam Leventhal, Ph.D., selaku dosen psikologi di University of Southern California, anak-anak penggemar berat gadget apa pun punya risiko dua kali lebih besar mengalami ADHD di kemudian hari. Khususnya anak yang hobi bermain game — entah itu game konsol, game di komputer, maupun game online yang ada di HP.

Bagaimana mendiagnosis kondisi ini?

Memutuskan apakah seorang anak mengalami ADHD harus melalui beberapa tahap. Tidak ada satu tes pun yang bisa mendiagnosis ADHD, dan banyak masalah lain, seperti kecemasan, depresi, masalah tidur, dan jenis ketidakmampuan belajar tertentu, dapat memiliki gejala yang mirip.

Tahap-tahap yang mungkin dilakukan untuk melakukan diagnosis ADHD adalah:

  • Pemeriksaan medis (tes gambar dan tes laboratorium).
  • Pengumpulan informasi (isu medis, sejarah medis personal dan keluarga, serta catatan sekolah).
  • Wawancara atau kuesioner yang dilakukan terhadap orang yang mengenal anak.
  • Kriteria ADHD dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.
  • Skala penilaian ADHD untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai anak.

American Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa orang dengan ADHD menunjukkan pola lalai yang terus-menerus dan mengganggu fungsi atau perkembangan.

Berikut kriteria yang dapat membantu dokter melakukan diagnosis kondisi tersebut, berdasarkan publikasi American Psychiatric Association (APA):

  • Jenis inatensi

Menemukan enam atau lebih gejala inatensi untuk anak-anak hingga usia 16 tahun, dan lima atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini diperlihatkan paling tidak selama enam bulan.

  • Jenis hiperaktivitas atau impulsivitas

Menemukan enam atau lebih gejala hiperaktivitas/impulsivitas untuk anak-anak hingga usia 16 tahun, dan lima atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini diperlihatkan paling tidak selama enam bulan.

Bagaimana cara mengobati kondisi ini?

Terapi perilaku dan obat-obatan dapat mengatasi gejala ADHD. Kombinasi dari dua cara itu bekerja paling baik di sebagian besar orang, khususnya mereka yang mengidap ADHD sedang hingga parah.

Pengobatan untuk ADHD adalah:

1. Terapi

Terapi perilaku dilakukan untuk mengatur gejala dari kondisi tersebut. American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa cara ini lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun.

Jenis terapi pertama yang umum dilakukan adalah psikoterapi. Terapi ini membantu anak memahami perasaan dan pikirannya terkait kondisi yang ia alami. Anak juga akan belajar membuat keputusan baik dalam hubungan, sekolah, maupun kegiatannya.

Terapis, orangtua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu menghadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat.

Selain kedua terapi tersebut, anak juga dapat menjalani terapi grup, terapi musik, maupun latihan bersosialisasi. Meski tidak membuat anak dengan ADHD sembuh, cara ini bisa membantunya dalam berkomunikasi, meminta tolong, meminjam mainan, maupun hal lainnya.

2. Obat

Obat bisa meningkatkan konsentrasi dan fokus anak dengan ADHD. Namun, tentu ada banyak hal perlu Anda pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada anak. Berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak Anda butuhkan.

Kendati anak dengan ADHD tidak bisa sembuh hanya dengan cara ini, obat-obatan berikut dapat membantu mereka dalam belajar dan beraktivitas:

  • Obat stimulan (perangsang fungsi) sistem saraf seperti dextromethamphetamine, dextromethylphenidate, dan methylphenidate.
  • Obat non-stimulan sistem saraf seperti atomoxetine, antidepresan untuk anak, guanfacine, dan clonidine.

Kedua obat tersebut sama-sama dapat menimbulkan efek samping berupa:

  • Sakit kepala
  • Insomnia
  • Penurunan berat badan
  • Sakit perut
  • Rasa cemas
  • Mudah marah

Pastikan Anda memantau efek samping yang muncul dan konsultasi kepada dokter.

3. Pengasuhan anak

Anak hiperaktif cenderung mendapat manfaat dari struktur, rutinitas, dan harapan yang jelas. Cara di bawah ini mungkin bermanfaat:

  • Buat jadwal yang jelas.
  • Pertahankan rutinitas.
  • Pastikan arahan mudah dipahami (gunakan bahasa sederhana dan contohkan).
  • Fokus pada anak ketika berbicara pada mereka, hindari melakukan banyak hal dalam satu waktu.
  • Berkomunikasilah dengan guru.
  • Contohkan perilaku tenang.
  • Fokus pada usaha dan hargai perilaku yang baik.

Lakukan pengawasan karena anak hiperaktif mungkin membutuhkan lebih banyak pengawasan daripada anak-anak lain.

“Pengobatan apa yang sederhana dan bisa saya lakukan sendiri di rumah untuk mengatasi anak ADHD ?”

Mengingat ADHD merupakan kondisi yang kompleks dan berbeda di setiap orang, sulit untuk merekomendasikan apa yang terbaik untuk mengatasinya.

Namun, beberapa saran di bawah ini mungkin bisa membantu menciptakan lingkungan yang bekerja baik untuk anak.

Anak di rumah

  • Tunjukan kasih sayang pada anak karena ia butuh didengar, dicintai, dan dihargai.
  • Tingkatkan percaya diri dengan menekuni hal yang ia sukai (misalnya menggambar, menulis, menari)
  • Gunakan kalimat sederhana, tatap matanya, dan contohkan ketika memberikan arahan pada anak
  • Terapkan konsekuensi untuk melatih disiplin.
  • Lakukan latihan agar anak lebih teratur (menyimpan barang di tempat yang ditandai dengan jelas)
  • Asah kemampuan sosial emosional dengan berinteraksi dengan teman sebaya.
  • Lakukan kebiasaan gaya hidup sehat

Pastikan anak cukup istirahat. Cobalah menjauhkan anak dari kelelahan karena itu bisa membuat gejala anak hiperaktif lebih buruk. Penting bagi si kecil untuk mengonsumsi gizi seimbang. Sebagai tambahan demi kesehatan, olahraga rutin mungkin menyebabkan efek positif pada perilaku.

Sumber :
hellosehat.com/mental/mental-lainnya/adhd/

No Comments

Tinggalkan Komentar