Penulis : Lukluul Magnun, S.Si. (Guru TK YBIS)
Apa itu ADHD?
Attention-Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan perkembangan saraf masa kanak-kanak yang paling umum. Kondisi ini biasanya didiagnosis pertama kali saat anak-anak dan bisa bertahan hingga dewasa. Anak dengan kondisi ini biasanya punya masalah mencari perhatian, mengendalikan perilaku impulsif (dapat bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya), dan terlalu aktif.
Tiga subtipe dari ADHD adalah:
Orang dengan ADHD yang lebih dominan hiperaktif-impulsif biasanya memiliki masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
Orang dengan ADHD yang lebih dominan inatensi biasanya memiliki gejala tidak dapat memperhatikan dengan baik.
Kelompok ini memiliki gejala hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan.
Anak dengan ADHD dan autisme sama-sama memiliki masalah dengan perhatian. Perilaku mereka suka berubah tiba-tiba (impulsif) dan juga sulit berkomunikasi. Mereka mempunyai masalah dalam berhubungan dengan orang lain. Perbedaannya terletak pada beberapa hal yaitu perhatian, interaksi sosial, dan kebiasaan.
American Psychiatric Association menyebut gejala kondisi ini adalah:
Banyak gejala anak hiperaktif, seperti aktivitas tinggi, kesulitan untuk tetap diam dalam waktu yang lama, dan rentang perhatian yang terbatas, umumnya terjadi pada anak kecil. Perbedaan anak hiperaktif dengan anak lain adalah tingkat hiperaktif dan kurang perhatian mereka lebih tinggi daripada anak-anak kebanyakan. Perilaku itu juga bisa menyebabkan kesusahan atau masalah di rumah, di sekolah, atau lingkungan pertemanan.
Berdasarkan jenisnya, gejala yang ditimbulkan orang dengan ADHD adalah :
Orang dengan kondisi ini biasanya merasakan :
Contoh memiliki masalah mengatur tugas dan pekerjaan yaitu tidak bisa mengatur waktu dengan baik, pekerjaan berantakan, dan melewatkan deadline).
Orang dengan kondisi ini biasanya merasakan :
Interupsi tersebut misalnya dalam percakapan, permainan, atau aktivitas, menggunakan barang orang lain tanpa permisi. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Apa penyebab ADHD?
Belum ditemukan banyak informasi mengenai penyebab ADHD. Namun, para ilmuwan masih mempelajarinya. Penyebab dan faktor risiko kondisi ini tidak diketahui, tapi genetik berperan penting. Selain genetik, ilmuwan juga mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko yang lain, seperti:
Hal tersebut turut diperkuat oleh hasil penelitian dalam Journal of American Medical Association (JAMA). Menurut Adam Leventhal, Ph.D., selaku dosen psikologi di University of Southern California, anak-anak penggemar berat gadget apa pun punya risiko dua kali lebih besar mengalami ADHD di kemudian hari. Khususnya anak yang hobi bermain game — entah itu game konsol, game di komputer, maupun game online yang ada di HP.
Bagaimana mendiagnosis kondisi ini?
Memutuskan apakah seorang anak mengalami ADHD harus melalui beberapa tahap. Tidak ada satu tes pun yang bisa mendiagnosis ADHD, dan banyak masalah lain, seperti kecemasan, depresi, masalah tidur, dan jenis ketidakmampuan belajar tertentu, dapat memiliki gejala yang mirip.
Tahap-tahap yang mungkin dilakukan untuk melakukan diagnosis ADHD adalah:
American Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa orang dengan ADHD menunjukkan pola lalai yang terus-menerus dan mengganggu fungsi atau perkembangan.
Berikut kriteria yang dapat membantu dokter melakukan diagnosis kondisi tersebut, berdasarkan publikasi American Psychiatric Association (APA):
Menemukan enam atau lebih gejala inatensi untuk anak-anak hingga usia 16 tahun, dan lima atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini diperlihatkan paling tidak selama enam bulan.
Menemukan enam atau lebih gejala hiperaktivitas/impulsivitas untuk anak-anak hingga usia 16 tahun, dan lima atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini diperlihatkan paling tidak selama enam bulan.
Terapi perilaku dan obat-obatan dapat mengatasi gejala ADHD. Kombinasi dari dua cara itu bekerja paling baik di sebagian besar orang, khususnya mereka yang mengidap ADHD sedang hingga parah.
Pengobatan untuk ADHD adalah:
1. Terapi
Terapi perilaku dilakukan untuk mengatur gejala dari kondisi tersebut. American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa cara ini lebih sesuai bagi anak-anak berusia di bawah 6 tahun.
Jenis terapi pertama yang umum dilakukan adalah psikoterapi. Terapi ini membantu anak memahami perasaan dan pikirannya terkait kondisi yang ia alami. Anak juga akan belajar membuat keputusan baik dalam hubungan, sekolah, maupun kegiatannya.
Terapis, orangtua, anak, dan guru akan bekerja sama dalam memantau serta memperbaiki kebiasaan anak. Hasilnya, anak mampu menghadapi berbagai situasi dengan respons yang tepat.
Selain kedua terapi tersebut, anak juga dapat menjalani terapi grup, terapi musik, maupun latihan bersosialisasi. Meski tidak membuat anak dengan ADHD sembuh, cara ini bisa membantunya dalam berkomunikasi, meminta tolong, meminjam mainan, maupun hal lainnya.
2. Obat
Obat bisa meningkatkan konsentrasi dan fokus anak dengan ADHD. Namun, tentu ada banyak hal perlu Anda pertimbangkan sebelum memberikan banyak obat kepada anak. Berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang anak Anda butuhkan.
Kendati anak dengan ADHD tidak bisa sembuh hanya dengan cara ini, obat-obatan berikut dapat membantu mereka dalam belajar dan beraktivitas:
Kedua obat tersebut sama-sama dapat menimbulkan efek samping berupa:
Pastikan Anda memantau efek samping yang muncul dan konsultasi kepada dokter.
3. Pengasuhan anak
Anak hiperaktif cenderung mendapat manfaat dari struktur, rutinitas, dan harapan yang jelas. Cara di bawah ini mungkin bermanfaat:
Lakukan pengawasan karena anak hiperaktif mungkin membutuhkan lebih banyak pengawasan daripada anak-anak lain.
“Pengobatan apa yang sederhana dan bisa saya lakukan sendiri di rumah untuk mengatasi anak ADHD ?”
Mengingat ADHD merupakan kondisi yang kompleks dan berbeda di setiap orang, sulit untuk merekomendasikan apa yang terbaik untuk mengatasinya.
Namun, beberapa saran di bawah ini mungkin bisa membantu menciptakan lingkungan yang bekerja baik untuk anak.
Anak di rumah
Pastikan anak cukup istirahat. Cobalah menjauhkan anak dari kelelahan karena itu bisa membuat gejala anak hiperaktif lebih buruk. Penting bagi si kecil untuk mengonsumsi gizi seimbang. Sebagai tambahan demi kesehatan, olahraga rutin mungkin menyebabkan efek positif pada perilaku.
Sumber : hellosehat.com/mental/mental-lainnya/adhd/
Tinggalkan Komentar