Penulis : Catri Pebriyani (Guru TK YBIS)
“Boleh dibilang sudah cukup lama saya belajar parenting pak. Saya juga sudah ikuti dan pelajari berbagai konsep dalam ilmu parenting dengan masuk di banyak komunitas parenting yang berbeda-beda. Tapi sepertinya sekarang malah stuck pak. Pikiran saya jadi mandeg, penuh informasi namun bingung mau ngapain, malah jadi gelisah karena merasa belum bisa berbuat banyak untuk mendidik anak-anak padahal sudah di berikan ilmu yang cukup banyak oleh Allah”
Fulan/Fulanah
Pernah mendengar keluhan seperti ini kan?
Memang akhir-akhir ini ada trend menggembirakan, dimana mulai tumbuh kesadaran pada orangtua untuk serius mendidik anak yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah orangtua yang belajar ilmu parenting. Alhamdulillah, ini fenomena luar biasa yang patut kita apresiasi.
Namun jika tidak hati-hati, hal ini menjadi euforia yang justru akan menjebak kita. Semangat belajar kesana kemari, dari satu konsep ke konsep lain, dari satu kajian ke kajian lain, dari satu seminar ke seminar lain, dari satu komunitas ke komunitas lain, tanpa sadar kadangkala diikuti semangat untuk menumpuk dan mengkoleksi ilmu, ini menyebabkan ego diri meningkat. Jika ego meningkat maka akan keluar dari fitrah sebab ketergantungan hati (isti’anah) kepada Allah menurun, menjadi obsesif kembali.
Apalagi jika sedikit sekali melakukan upaya untuk memperbesar “wadahnya”, maka semua ilmu yang masih berbentuk wawasan tadi meluber kemana-mana, hanya memenuhi pikiran, tidak mampu terinternalisasi kedalam jiwa.
Maka ketika ilmunya kemudian dipraktekkan kok tidak membawa dampak yang signifikan bagi perkembangan anak, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Bahkan anak cenderung lebih sulit dikendalikan, ditambah berbagai masalah kehidupan lainnya juga ikut hadir mendera misal dengan pasangan, masalah pekerjaan, finansial dll, belum lagi tantangan berat dari lingkungan dan keluarga yang tidak setuju dan bahkan menentang, maka bertambah galaulah batin. Kegalauan ini terjadi karena isti’anah kepada Allah lemah sehingga membuat ilmu parenting dengan berbagai praktek aplikasinya menjadi kehilangan ruh, tanpa makna karena tidak tembus ke Allah.
Maka ayah bunda yang baik, jika berbagai ilmu dan komunitas parenting yang sudah kita ikuti dan kita pelajari masih membuat hati kita gelisah, belum bisa optimis dan rileks, belum bisa menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan diri untuk semakin dekat dan terhubung dengan-Nya, maka berhentilah sejenak.
Cobalah untuk menepi dulu, ambil nafas panjaaaaang sekali sampai batin tenang. Letakkan dulu semuanya. Lakukan evaluasi, muhasabah. Tanyakan kembali pada diri kita apa tujuan utama kita melakukan semua ini, apa hasil yang ingin kita capai, seberapa bermanfaat bagi pertumbuhan spiritual keimanan kita dll. Jangan jangan kita sudah mulai keluar dari “rel”.
Allah sudah instal ilmu parenting terbaik didalam diri orangtua untuk mendidik anak-anaknya sendiri. Ilmu parenting tersebut sangat personal, berbeda-beda untuk tiap anak. Cinta dan kasih sayang yang berlimpah, empati yang mendalam, intuisi dan firasat yang tajam dalam membaca tanda dan petunjuk Allah dll, itu semua adalah modal besar ilmu parenting didalam diri kita sebagai orangtua.
Anak-anak juga sudah diberi Allah fitrah, berupa potensi kebaikan atau “inner guidance” bawaan untuk menjalani kehidupannya. Maka seharusnya mendidik anak itu mudah, effortless, wong ilmunya sudah dikasih Allah didalam diri kita kok.
Namun kenapa kita seringkali kesulitan mendidik anak-anak kita?
Mungkin karena sifat obsesif kita masih dominan. Barangkali Ego kita sebagai orangtua terlampau tinggi sehingga tanpa sadar memaksakan ke anak-anak semua keinginan, mimpi dan cita-cita kita, bahkan kadang kala ketakutan dan mental inferior kitapun kita tanamkan ke jiwa mereka. Lah bagaimana anak akan tumbuh dengan baik, jika kita dikte mereka, kita lepas namun kaki dan tangannya diikat. Tidak sepenuh hati kita berikan cinta dan kepercayaan kita untuk mereka. Ingat, modal terpenting dalam parenting adalah cinta dan kepercayaan.
Lalu bagaimana mengakses kembali ilmu parenting tersebut?
Berserah dirilah kepada-Nya. Secara perlahan kikislah ego yang selama ini menguasai hati kita, yang membuat kita terhijab untuk terhubung dengan Allah. Bersimpuhlah di dalam keheningan untuk meminta ampun atas dosa-dosa kita.
Belajar mengikhlaskan hati agar Dia menata kembali hidup kita. Yakinlah hanya Allah yang bisa menata hidup kita, bukan kita, siapalah kitaa..kita tidak akan mampu. Tugas kita hanya menata batin agar tidak ruwet, agar tenang, damai dan senantiasa terhubung dengan-Nya.
Beberapa hal dibawah ini perlu dilakukan agar Allah membuka kembali Ilmu parenting di hati kita :
1. Berikan perhatian penuh kepada Allah.
Jika ingin mendapatkan kembali bekal ilmu parenting tersebut maka fokuslah untuk selalu memikirkan petunjuk dan tanda yang Allah berikan. Sejatinya, petunjuk Allah tersebut bagaikan hujan, selalu tercurah setiap waktu tanpa henti kepada hamba-Nya, hanya saja kita tidak menyadarinya, terlalu sibuk memperhatikan pikiran dan perasaan sendiri.
Maka banyaklah mengingat-Nya dengan senantiasa berdzikir, senantiasa bersyukur. Dzikirlah sebanyak yang kita mampu, setiap saat, setiap hari, hingga kesadaran kita bisa merasakan terhubung dengan Allah. Dzikirlah dengan tenang dan penuh penghayatan, sehingga kedalaman maknanya bisa dirasakan. Jika hati sudah terhubung dengan-Nya maka kesempatan mendapatkan curahan petunjuk-Nya untuk mendidik anak kita mulai terbuka.
2. Banyak melakukan komunikasi dengan Allah.
Mungkin selama ini Kita lebih banyak bicara tentang Allah tetapi sangat sedikit bicara kepada Allah, maka perbaiki kesalahan tersebut. Mulailah membangun komunikasi yang intens dengan Allah. Minta petunjuknya dalam setiap keputusan yang akan kita buat, sekecil apapun keputusan tersebut, mintalah restu-Nya.
Berdoa merupakan sarana berkomunikasi yang terbaik dengan Allah. Doa-doa yang masyhur sesuai sunnah Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam tentunya lebih utama untuk sering kita ucapkan karena memiliki dampak dan energi positif yang luar biasa besar. Namun kita juga bisa membangun komunikasi dengan Allah lewat bahasa ibu, dengan rengekan permohonan ataupun keluhan permasalahan hidup yang penuh penghayatan. Semakin sering dan rutin membangun komunikasi dengan Allah akan membuat kita cepat “akrab” dengan-Nya. Ini akan meningkatkan intuisi kita dalam mendidik anak-anak.
3. Istighfar.
Semua permasalahan hidup yang kita hadapi, termasuk kesulitan kita dalam mendidik anak-anak, hakekatnya terjadi karena “undangan” atas kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Maka Istighfar adalah sarana yang Allah berikan kepada hambanya untuk meminta ampun dan mohon agar dosa-dosanya dibersihkan Allah.
Istighfarlah sebanyak mungkin agar dosa yang menjadi hijab kita dengan Allah diangkat. Biasakan juga untuk mendoakan ampunan dan kebaikan buat oranglain karena hal tersebut juga akan berdampak pada kebersihan jiwa kita. Jiwa yang bersih akan merasakan ketenangan dan kedamaian, sehingga akan memudahkan kita menerima petunjuk Allah dalam mendidik anak-anak.
4. Melepaskan kemelekatan kepada selain Allah.
Sedekah yang jumlahnya besar akan berasa nendang di hati, ini terapi bagus untuk membongkar kemelekatan terhadap harta. Sering puasa untuk melepaskan diri dari kemelekatan terhadap nafsu makan. Sholat malam, Sholat Dhuha juga akan membantu tubuh untuk terlepas dari kemalasan, keinginan untuk tidur pulas. Release lah sampah-sampah batin yang masih melekat dihati seperti dendam, marah, sedih dll. Jika kemelakatan ini bisa terlepas, minimal berkurang, maka akan berkurang juga beban batin kita. Hal ini akan memudahkan hati menerima pancaran petunjuk Illahi didalam mendidik anak.
5. Sering membaca Al Quran dan mentadabburinya.
Al-Quran adalah kalamullah yang berisi petunjuk Allah untuk hambanya dalam menjalani kehidupan di dunia. Karena Kalamullah maka Al-Qur’an sarat akan makna dan hikmah yang tidak akan pernah habis hingga akhir zaman nanti. Setiap kali kita mendapati suatu permasalahan dalam hidup, tentang anak misalkan, maka mintalah petunjuk-Nya lewat Al-Quran. Bacalah Al-Quran maka Allah akan memberikan solusi-solusi terbaik untuk menyelesaikan permaslahan kita.
Percayalah saat kita membaca Al-Qur’an ada hubungan interaksi disitu, bukan hanya searah, namun dua arah, dimana Allah juga sedang menasehati kita lewat curahan makna yang Dia masukkan ke hati kita. Satu ayat yang sama jika kita baca saat ini dan seminggu kedepan, bisa berbeda makna yang kita dapatkan tergantung suasana hati dan permasalahan yang kita hadapi saat membacanya.
Itulah hebatnya Al-Quran, yang senantiasa akan memberikan solusi cemerlang atas semua permasalahan yang dialami pembacanya di zaman apapun, tak akan pernah ketinggalan zaman.
Jika minimal Lima hal tersebut mulai rutin dilakukan setiap hari (akan berat diawalnya namun semakin mudah setelah beberapa minggu dijalani), sehingga menjadi kebiasaan baru yang memberdayakan diri, maka InsyaAllah proses mendidik anak yang kita lakukan akan searah dengan Kehendak-Nya. Dia bukakan kembali ilmu parenting didalam diri kita. Diberikan kepada kita ‘first hand knowledge’, Allah akan mengajari kita apa yang tidak kita ketahui, “‘Allamal insaana maa lam ya’lam“.
Maka insyaAllah kita akan merasakan senantiasa terbimbing dan diarahkan oleh-Nya. Allah kuatkan bashirah kita saat mendidik anak sehingga tidak galau dan terganggu dengan penilaian oranglain. Hati kita juga dipenuhi rasa optimis dan rileks saat membersamai tumbuhnya buah hati hingga mereka menjadi insan kamil penuh manfaat kelak. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Sumber : @MateriKulwapSotabh #SEKOLAHORANGTUA
Tinggalkan Komentar