Penulis : Khoulah, S.Pd
(Guru TK YBIS Sako)
Terdapat lima area didalam metode Montessori, yaitu practical life, sensorial, language, math, dan culture. Kelima area dalam metode ini merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Seluruh kegiatan saling berkaitan dan mendukung tumbuh kembang anak. Dalam dunia pendidikan, ada sebuah istilah yang disebut Zone of Proximal Development (ZPD) Istilah ini menggambarkan bahwa diperlukan latihan-latihan yang bertahap untuk mencapai sebuah kemampuan.
Contohnya, untuk sebuah kemampuan yang mungkin bagi orang dewasa tampak sederhana seperti bermain bersama ternyata memerlukan latihan-latihan pendahuluan. Latihan-latihan tersebut mencakup kemampuan untuk menyapa, memperkenalkan diri, meminta izin untuk bergabung, mengenal konsep bergantian, hingga menolak dengan santun. Bahkan, untuk kemampuan yang tampak sangat sepele seperti berdiri atau berjalan diperlukan latihan-latihan seperti tengkurap, berguling, merayap. duduk, hingga merangkak terlebih dahulu. Demikian pula halnya dengan kemampuan yang beersifat akademis seperti membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan-kemampuan tersebut memerlukan berbagai latihan pendahuluan sebelumnya.
Dalam buku Montessori’s Own Handbook, Dr. Maria Montessori menjelaskan dengan gamblang bahwa ntuk mencapai kemampuan akademis seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak perlu mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengobservasi berbagai objek dengan indranya. Anak-anak yang berlatih menyentuh, merasakan, dan mengetahui cara mengikuti garis tepi, tanpa sadar sedang mempersiapkan tangan mungil mereka untuk menulis.
Interaksi anak dengan silinder berkenop, papan raba, bangun ruang tiga dimensi, laci geometri, hingga menyusun menara merah muda membuat jemari anak terbiasa meraba untuk membedakan objek berdasarkan ukuran, bentuk, tekstur, dan beratnya. Sementara itu, matanya terlatih mengobservasi tiap detail pembeda antara objek yang satu dan yang lain meski bentuknya tampak mirip. Kemampuan inilah yang nantinya akan membuat anak tidak mengalami kesulitan dalam membedakan huruf dan angka. Bagaimana bisa? Sebab otak anak terlatih melalui indra yang terstimulasi.
Dalam metode Montessori, anak tak hanya dipersiapkan secara sensoris, tetapi juga motorik. Saat indra anak terstimulasi dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengobservasi, aspek motorik anak pun terlatih melalui berbagai kegiatan dalam area praktik kehidupan sehari-hari. Aktivitas menyendok, mhenuang, menjepit, menyemir, mengayak, serta mengulek tampaknya merupakan aktivitas yang sepele dan remeh-temeh, namun sesungguhnya ini adalah bekal besar untuk anak mulai ke tahap belajar menulis lebih lanjut. Vidya dwina paramita mengungkapkan bahwa jika kita mengetahui manfaat kegiatan-kegiatan di area practical life (Praktik Kehidupan Sehari-hari), kita akan sangat bersyukur jika melihat anak antusias beraktivitas di area ini.
Sumber
Dwina Paramita, Vidya. (2021). Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja. Penerbit Bentang: Yogyakarta.
Tinggalkan Komentar