Penulis : Dhella Anggesta Vanindya, S.Tr.Ak. (Staf SD YBIS)
Do’a orang tua yang baik dan buruk, kedua-duanya bisa terkabul. Terutama do’a buruk yang mesti diperhatikan karena jika anak tidak memperhatikan hal ini, ia bisa celaka karena do’a ortunya. Hal ini juga menunjukkan bahwa seorang anak sudah semestinya memuliakan dan menghormati kedua orang tuanya sehingga tidak sampai terkena do’a buruk mereka.
Kita sebagai anak dan juga orang tua sudah semestinya berhati-hati dalam hal ini, untuk tidak mendapatkan dan memberikan do’a yang buruk ini karena asalnya manusia itu bersifat terburu-buru. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ ۖ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
Q.S. Al-Isra’ : 11
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا
“Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian dan doa keburukan kedua orang tua kepada anaknya.”
HR. Abu Daud no. 1536, Tirmidzi no. 1905 dan Ibnu Majah no. 3862. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Hadits ini disebutkan pula oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 32
Ada kisah menarik yang bisa diambil pelajaran akan ampuhnya do’a buruk seorang ibu pada anaknya, yaitu pada kisah Juraij. Jika tahu demikian, sudah barang tentu seorang anak harus memuliakan orang tuanya. Jangan sampai ia membuat orang tuanya marah, sehingga keluar kata atau do’a buruk yang bisa mencelakakan dirinya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij”
Lalu ada yang bertanya, ”Wahai Rasulullah siapakah Juraij ?”
Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).
(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat,
”Wahai Juraij.”
Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku ?”
Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya.
Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku ?”
Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga.
Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku ?”
Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan,
Ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.”
Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak.
Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini) ?”
“Dari Juraij”, jawab wanita itu.
Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu ?”
“Benar”, jawab wanita itu.
Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.”
Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu ?”
Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud ?”
Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.”
Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu ?”
“Benar”, jawab wanita itu.
Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu ?”
Orang-orang lalu menjawab,
“(Itu) di pangkuan (ibu)nya.”
Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu,
”Siapa ayahmu ?”
Bayi itu menjawab,
“Ayahku si penggembala sapi.”
Kontan sang raja berkata,
“Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas ?”
Juraij menjawab,
“Tidak perlu”.
“Ataukah dari perak ?”, lanjut sang raja.
“Jangan”, jawab Juraij.
“Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu ?”, tanya sang raja.
Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.”
Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?”
Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.”
Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”
(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab Al Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 7-8]
Sumber : - Syarh Shahih Al Adabil Mufrod lil Imam Al Bukhari, Husain bin ’Uwaidah Al ’Uwaisyah, terbitan Maktabah Al Islamiyah, cetakan kedua, tahun 1425 H - Rosysyul Barod Syarh Al Adabil Mufrod, Dr. Muhammad Luqman As Salafi, terbitan Darud Daa’i, cetakan pertama, tahun 1426 H - Sumber https://rumaysho.com/3382-kisah-juraij-dan-doa-buruk-orang-tuanya.html - Sumber https://rumaysho.com/23172-jangan-doakan-jelek-anakmu-karena-bisa-jadi-terkabul.html
Tinggalkan Komentar