Penulis : Nurul Hidayah (Guru TK YBIS)
“Biasakanlah Anak-Anak Berbuat Baik Karena Kebaikan Berawal Dari Pembiasaan“
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu (Al-Mu’jam al-Kabir)
Berbuat baik memang memiliki banyak manfaat dan hal tersebut harus diajarkan pada anak sejak usia dini. Dan memang, dengan mengajarkan kebaikan juga bisa membuat anak lebih merasa bahagia karena membuat mereka merasa bahwa dirinya bermanfaat untuk orang lain. Lalu, kapan waktu yang tepat mengajarkan anak untuk berbuat baik? Untuk usia tepatnya sebenanya tidak ada. Bahkan sudah bisa diajarkan sedini mungkin dari bayi pun bisa mengajarkan anak untuk berbuat kebaikan.
Mengajarkan kebaikan pada anak adalah hal yang harus dilatih setiap hari. Dimulai dari gestur-gestur sederhana yang dilakukan orang tua. Misalnya dengan menyapa bayi dengan senyuman karena itu bisa membawa kebahagiaan. Mengucapkan terima kasih, mengucapkan maaf, dan tolong.
“Kebaikan itu sesuatu yang bisa dibangun. Dan kalau ingin berdiskusi dengan anak mengenai kebaikan, mungkin bisa dilakukan setelah mereka usia tiga tahun karena pada usia tersebut perkembangan bahasa anak sudah mulai berkembang. Ketika anak sudah memiliki perkembangan bahasa yang baik, barulah bisa melakukan diskusi mengenai kebaikan,”.
ujar Psikologi Anak Fathya
Salah satu cara untuk mengajarkan kebaikan pada anak adalah dengan mengajarkan mereka berbuat jujur. Sikap jujur sangat penting, karena merupakan fondasi utama semua karakter baik. Jujur adalah kunci kebahagiaan, karenanya jika ingin anak-anak kita berbahagia di kehidupannya, maka menanamkan sikap jujur adalah kuncinya. Orang yang suka berbohong tentu akan merusak nama baiknya, tidak disukai sesamanya, dan tidak akan dipercaya.
Tentunya kita sebagai orang tua tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada buah hati kita. Penanaman sikap jujur harus dimulai sedini mungkin, agar anak terbiasa. Suatu hal yang menjadi kebiasaan lambat laun akan menjadi sebuah karakter yang akan terus melekat. Kita semua tahu, usia dini adalah usia emas yang sangat baik untuk menanamkan kepribadian. Pengetahuan dan pengalamann di usia dini akan tersimpan dalam memori anak yang selanjutnya akan mempengaruhi kepribadiannya hingga tumbuh dewasa.
Dikutip dari buku Komisi Pemberantasan Korupsi, jujur mengarah dua hal, yaitu jujur dalam perkataan dan perbuatan. Jujur dalam perkataan berarti tidak berbohong tentang perkataan atau perbuatan orang lain; mengakui kesalahan baik disengaja maupun tidak, anak yang jujur berarti tidak takut menerima akibat perbuatannya; berkata jujur adalah menceritakan kejadian yang sebenarnya; berkata jujur harus dibarengi tindakan yang benar, misal anak mengatakan baju temannya jelek, rumah itu jelek. Tentu jujur di sini tidak tepat. Anak-anak hendaknya diajarkan berkata hal yang sebenarnya dalam konteks yang tepat.
Jujur dalam perbuatan adalah jujur berbuat yang benar, Misal, saling mengasihi, berbagi, dan tolong menolong; tidak melanggar peraturan dan tindakan curang, misal, tidak mencontek, tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas, tidak bertindak curang dengan menyerobot antrian, dan lain sebagainya; bertindak jujur dengan tidak mengambil barang yang bukan miliknya, jujur dengan tidak melakukan perbuatan yang salah untuk mencapai tujuan, misal menyuap.
Berikut kiat menanamkan kesadaran akan pentingnya kejujuran baik perkataan maupun perbuatan pada anak yang dikutip dari buku Komisi Pemberantasan Korupsi berjudul Agar Anak Jujur.
1. Memberi teladan sikap jujur
Orang tua memberi teladan dengan sikap jujur dalam perbuatan, yaitu dengan mencontohkan perbuatan yang benar. Misal, saat berkendara orang tua tidak melanggar lalu lintas.
2. Membangun pola komunikasi yang sehat untuk menumbuhkan kejujuran
Contoh pola komunikasi yang sehat: letakkanlah bacaan atau telepon genggam, perhatikanlah anak ketika ia berbicara; dengarkan perkatan anak, jangan menginterupsi hingga ia selesai bicara; ketika mendiskusikan perilakunya, lakukan secara pribadi. Jangan membuatnya malu dengan membicarakannya di depan orang lain.
3. Tidak langsung memarahi
Jujur dalam perkataan menjadi sulit dilakukan anak, karena anak terkadang takut dimarahi oleh orangtuanya. Orang tua hendaknya mendorong anak untuk berkata jujur, dan jika kejujuran anak tersebut menimbulkan masalah, maka anak hendaknya diberi pengertian tentang konsekuensinya secara perlahan, jangan langsung memarahinya.
4. Mengajarkan meminta izin
Tanamkan pada anak jika si anak ingin mengambil barang yang bukan miliknya, maka hendaknya ia meminta izin terlebih dahulu. Hal ini penting, agar anak mengetahui batasan penggunaan barang miliknya dan milik orang lain. Tanamkan pengertian bahwa mengambil barang orang lain tanpa izin si empunya adalah mencuri, sedangkan mencuri adalah perbuatan tercela
5. Apresiasi kejujuran anak
Apabila anak sudah berkata jujur, mengakui kesalahan dan meminta maaf, hargailah upayanya. Tidak semua anak mau mengakui kesalahan sekaligus meminta maaf. Sampaikan apresiasi padanya. Misal, “Ayah bangga kamu sudah melakukannya”.
6. Pemahaman konsekuensi
Beri ia pengertian bahwa yang salah adalah salah. Sampaikanlah pengertian ini dengan baik. Bila anak berbuat salah, sampaikan dampak kesalahannya atau konsekuensinya. Misal, “Apabila kamu membohongi teman, maka teman kamu akan merasa sedih dan kecewa padamu”.
Sumber : https://m.medcom.id/gaya/family/0KvMAErk-pada-usia-berapa-sebaiknya-mengajarkan-anak-berbuat-kebaikan https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/berita/index/20180930005412
Tinggalkan Komentar