Penulis : Ari Saputra, A.Ma, S.Sos, M.Pd
(Kepala SD YBIS)
Sahabat pembaca apakah kita pernah mendengar kata-kata bangkai, tentu saya yakin sahabat pembaca semuanya sering mendengarnya bahkan mungkin sahabat pembaca sekalian pernah melihatnya dan tersentuh padanya, bagaimana perasaan sahabat pembaca sekalian?. Tentu kita akan merasa jijik dan mau muntah ketika melihatnya.
Sahabat pembaca jika di hadapan kalian terdapat sebuah bangkai apakah kita mau memperebutkannya? Pasti sepakat di antara kita semua kita akan menjauhinya sambil menutup mata dan hidung kita. Tapi tahukah kita tanpa kita sadari kita saat ini sedang memperebutkan sebuah bangkai dan bangkai sangat hina, selain hina dia juga di laknat Allah Azzawajallah.
Tahukah sahabat sekalian, apa bangkainya ? dia adalah dunia yang dimana kita semua berani bersaing dan membuang waktu siang malam kita, baik hujan maupun panas kita mencari dan memperebutkannya, bahkan tak jarang diantara kita rela saling membunuh demi dunia, yang sejatinya dunia ini adalah bangkai.
Sahabat Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma menceritakan,
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar bersama para sahabat. Lalu beliau melihat bangkai anak kambing yang telinganya cacat. Beliau pun mengambil kambing itu dengan memegang telinganya. “Siapakah yang mau membeli ini dengan harga satu dirham?”. Tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Kami sama sekali tidak tertarik untuk memilikinya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?”. Jawab sahabat.
“Atau mungkin kalian suka kalau ini gratis untuk kalian?”. Tanya beliau.
“Demi Allah, seandainya hidup pun maka binatang ini sudah cacat, karena telinganya kecil. Apalagi kambing itu sudah mati?” kata para sahabat.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan sabdanya,
فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Demi Allah, sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah dari pada bangkai ini di mata kalian.”
(HR. Muslim 7607).
Maka sahabat pembaca kita harus merenung dan bermuhasabah apakah kita termasuk orang yang memperebutkan bangkai yang hina.
Diakhir ini penulis berpesan bahwa bukan maksud penulis adalah kita meninggalan dunia namun jadikanlah dunia ini sebagai tempat menanam ketaqwaan dan menjadikan fasilitas dunia ini sebagai wasilah untuk menempuh jalan surga.
Tinggalkan Komentar