Penulis : Adelia Intan Rahmaniar, S.I.Kom. (Guru TK YBIS)
Apakah anak sering marah dengan memukul ? Atau berteriak penuh emosi ? Bisa jadi sang anak menunjukkan perilaku agresif.
Tentu saja, marah adalah salah satu emosi yang harus dipelajari dan diungkapkan. Namun, marah berlebihan tidak baik untuk kehidupan masa depan anak.
Agresif adalah semua Tindakan atau perilaku fisik maupun verbal yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan menyakiti, merusak, menyengsarakan orang lain.
Apakah agresif merupakan bawaan atau perilaku yang dipelajari ?
Agresif merupakan bawaan atau dipelajar masih menjadi perdebatan para psikolog. Menurut Sigmund Freud dan Konrad Lorenz, perilaku agresi merupakan bawaan dari lahir. Para psikolog tersebut berpendapat bahwa perilaku agresi merupakan salah satu insting atau dorongan dari dalam diri manusia.
Sedangkan menurut teori pembelajaran sosial yang dicetuskan oleh Albert Bandura, perilaku agresif muncul karena dipelajari. Manusia cenderung mengamati dan meniru perilaku orang lain. Jika perilaku yang diamatinya baik dan menghasilkan respon positif maka seseorang akan meniru perilaku tersebut, begitu juga sebaliknya. Jadi, perilaku agresif merupakan perilaku yang ada pada diri seseorang karena seseorang tersebut meniru perilaku orang lain.
Masih menjadi tanda tanya apakah perilaku agresif merupakan bawaan atau sesuatu yang dapat dipelajari. Disini banyak ahli yang menyukai jalan tengah, sehingga mereka berpendapat bahwa perilaku agresif muncul karena dipelajari dan ada juga faktor bawaan.
Tanda-Tanda Anak Menjadi Agresif
Penyebab anak menjadi agresif :
Apa Yang Harus Orang Tua Lakukan ?
Untuk dapat menangani anak yang berperilaku agresif ini yang harus orang tua lakukan :
1. Orang tua tidak boleh menunjukkan perilaku agresif di depan anak.
Dalam usianya yang masih kecil anak sangat suka meniru perilaku orangtuanya sehingga jika mama marah-marah, melempar barang, membentak, dan menunjukkan perilaku agresif lainnya maka anak kemungkinan besar akan meniru perilaku tersebut.
2. Segera nasehati jika anak melakukan kesalahan.
Jangan tunggu sampai anak memukul saudaranya. Anak harus segera tahu kapan ia melakukan kesalahan. Hentikan apa yang anak lakukan, dan minta anak untuk duduk bersama dengan orang tuanya. Pegang atau sentuh dia dengan cara yang penuh kasih sayang. Setelah beberapa menit kedamaian, diskusikan secara singkat apa yang terjadi.
3. Diskusikan apa yang terjadi dengan tenang.
Tinjau kembali keadaan yang menyebabkan perilakunya yang agresif. Minta dia untuk menjelaskan apa yang memicu itu. Tekankan bahwa sangat normal memiliki perasaan marah tetapi tidak baik untuk menunjukkannya dengan memukul, menendang, atau menggigit. Sarankan cara yang lebih baik untuk menunjukkan kemarahannya misalnya, dengan beristighfar, duduk jika amarahnya dalam keadaan berdiri atau sebaliknya, mengambil wudhu, atau mengungkapkan emosinya (“Saya merasa sangat marah karena mama mengambil bola basket saya”) atau dengan berjalan menjauh dari situasi atau orang yang membuatnya kesal, sehingga ia memiliki waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dilakukan.
4. Disiplin secara konsisten.
Sebisa mungkin, setiap anak menunjukkan perilaku agresif tanggapi dengan cara yang sama. Seiring waktu, respons orang tua yang konsisten akan menetapkan pola yang akan dikenali oleh anak. Akhirnya, anak akan mengenali pola ini dan mengantisipasi konsekuensi sebelum bertindak.
5. Ajarkan anak pengendalian diri yang baik.
Tekankan bahwa pengendalian diri adalah keterampilan yang ia perlukan untuk berhasil dan disukai di masa depan. Jika anak mengalami kesulitan dalam hal ini, orang tua mungkin harus menghadiahinya setiap kali anak berhasil mengendalikan emosinya.
6. Ajarakan anak untuk bertanggung jawab.
Jika anak merusak barang seseorang, ajarlan anak untuk memperbaiki atau mengantinya dengan uang saku yang ia peroleh. Ingatkan kepada anak bahwa ini bukan hukuman melainkan konsekuensi karena ia merusak barang orang lain.
7. Ajarkan alasan moral untuk tidak bertindak agresif.
Beri tahu anak bahwa bertingkah secara fisik tidak benar karena menyakiti orang lain. Untuk mengembangkan empati dan etika, dia membutuhkan mama untuk menjabarkan beberapa prinsip seperti tindakan yang ia lakukan akan mempengaruhi orang lain.
Sumber : “Mama Harus Tahu: Penyebab Sikap Agresif pada Anak dan Penanganannya”. Pop Mama. https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/verena-diandra/penyebab-sikap-agresif-pada-anak-dan-cara-penanganannya/5
Tinggalkan Komentar