Oleh : M. Donny Agusta, SE, MM
Pendidikan adalah salah satu warisan terbaik yang bisa diberikan orang tua kepada anaknya. Tapi seperti halnya membangun rumah, pendidikan juga butuh “pondasi finansial” yang kuat. Sayangnya, tidak sedikit keluarga yang kesulitan menyiapkan dana pendidikan karena kurangnya perencanaan keuangan sejak dini.
Padahal, manajemen keuangan keluarga yang baik bukan hanya soal menabung, tapi soal prioritas dan visi jangka panjang. Dalam artikel ini, kita akan bahas langkah-langkah praktis agar keluarga bisa lebih siap membiayai pendidikan anak, dari TK hingga perguruan tinggi, bahkan jika perlu, sampai ke luar negeri.
Sebelum bicara angka, tentukan dulu visi pendidikan keluarga. Apakah kamu ingin anak-anakmu sekolah di lembaga Islam unggulan, seperti di Yaa Bunayya Islamic School ? Apakah kamu ingin mereka kuliah di luar negeri, atau fokus pada pendidikan berbasis pesantren?
Visi ini akan menjadi arah ke mana dana pendidikan akan dikumpulkan. Karena beda visi, beda pula kebutuhan finansialnya. Ingat: uang bisa dicari, tapi arah hidup anak ditentukan oleh keputusan hari ini.
Dalam rumah tangga, ada 3 tipe pengeluaran:
Sayangnya, banyak keluarga yang rela mengeluarkan uang untuk hal keinginan, tapi menunda investasi pendidikan. Padahal, pendidikan anak bukan beban biaya, tapi aset produktif jangka panjang.
Idealnya, sejak anak lahir, sudah ada pos khusus dana pendidikan. Sisihkan minimal 10–20% dari penghasilan bulanan untuk pos ini. Kalau memungkinkan, gunakan instrumen keuangan yang aman dan halal, seperti:
Jangan gabungkan dana pendidikan ini dengan kebutuhan rumah tangga harian agar tidak “terpakai tak sengaja”. Dan keberkahan pendidikan bukan hanya soal jumlah dana, tapi juga cara mengumpulkannya.
Jangan tunggu anak SMA untuk belajar soal uang. Sejak SD, ajari mereka:
Dengan begitu, mereka akan tumbuh jadi pribadi yang bijak secara finansial. Dan ini, adalah bekal hidup yang tak kalah penting dari ijazah.
Banyak orang tua yang merasa tabu membahas uang di depan anak. Padahal, keterbukaan soal kondisi keuangan justru bisa menumbuhkan empati dan rasa tanggung jawab. Misalnya:
“Nak, tahun depan kamu mau masuk SMP. Kita lagi nabung buat biaya masuk sekolahmu. Yuk bantu Abi dan Ummi dengan nggak boros jajan, ya.”
Kalimat seperti ini bukan hanya soal hemat, tapi juga membangun kesadaran bersama dalam keluarga.
Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Bisa jadi orang tua kehilangan pekerjaan, sakit, atau ada kebutuhan mendesak lain. Dana darurat pendidikan minimal 3–6 bulan biaya sekolah anak wajib disiapkan, agar pendidikan mereka tidak terganggu saat musibah datang.
Manajemen keuangan keluarga harus dibarengi dengan doa dan tawakal kepada Allah. Karena sebanyak apapun kita menabung, rezeki tetap milik Allah. Namun, usaha dan ikhtiar adalah bagian dari tanggung jawab sebagai orang tua.
“Anak-anakmu bukan sekadar beban biaya, tapi amanah yang akan mendatangkan pahala, jika dikelola dengan bijak.”
Penutup
Merencanakan keuangan keluarga untuk pendidikan anak bukanlah tugas yang mudah. Tapi itu adalah bagian dari jihad seorang ayah dan ibu. Jangan menunggu punya banyak uang untuk mulai menabung. Mulailah dari yang kecil, tapi konsisten dan berorientasi akhirat.
Yuk, jadikan rumah tangga kita sebagai madrasah pertama, dan manajemen keuangan sebagai buktinya!
Tinggalkan Komentar