Penulis : Lukluul Magnun, S.Kom
(Staf Administrasi TK YBIS Sekip)
Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar banyak hal, bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya (Dwi Sunar, 2007: 5). Anak – anak menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan temannya. Bermain memiliki esensi dalam mendukung tumbuh kembang anak. Tidak hanya sekedar mengembangkan aspek fisik motorik saja, namun juga mengembangkan nilai-nilai, moral, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
Dilihat dari segi aspek sosial emosional, melalui kegiatan bermain anak dilatih untuk memahami adanya aturan main dan dituntut untuk mentaatinya selain itu, anak dilatih untuk bersikap kooperatif dan menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif. Anak dibiasakan untuk mengembangkan sikap gigih untuk mencapai kemenangan dan memiliki sportif.
Tujuan tersebut sesuai dengan isi dari standar PAUD yang tertuang dalam Permendiknas No 58 tahun 2009. Hal ini didukung dengan pendapat Slamet Suyanto (2003:137) bahwa pada saat anak berinteraksi dengan anak yang lain, maka secara tidak langsung mengajarkan anak bagaimana merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju terhadap ide dan perilaku anak lain. Setiap orangtua mendambakan anaknya menjadi anak yang cerdas dan bermanfaat, cerdas dari sisi kemampuan kognitif atau intelektual, cerdas spiritual, dan cerdas eksistensial.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu faktor genetik (bawaan) dan faktor lingkungan. Untuk mewujudkan harapan memiliki anak cerdas, upaya yang dilakukan tidak hanya sekedar memberikan asupan gizi yang seimbang, mengasuh dan mendidik dengan baik, mengupayakan lingkungan yang “sehat” dan memberikan fasilitas, tapi juga mengupayakan lingkungan psikologis yang kondusif. Lingkungan psikologis yang kondusif dapat memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) dan memiliki keyakinan pada kemampuannya (self-efficacy).
Dalam hal ini, orangtua memiliki peran penting untuk membantu anak mengembangkan potensi dan mencapai tugas perkembangannya. Bermain merupakan salah satu cara untuk menstimulasi kecerdasan anak, dimana ia bisa mengoptimalkan berbagai jenis kemampuannya. Artinya, dengan bermain, anak dapat mengasah motorik halus dan kasarnya, mengembangkan fantasi, persepsi ruang, kemampuan verbal dan numerik, mengenal tekstur, warna, nada, dan sebagainya tanpa beban. Kemampuan yang diperoleh dari pengalaman bermain secara alami diyakini akan memfasilitasi perkembangan berbagai jenis kecerdasan.
Keluarga terutama orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak agar anak memiliki kepribadian. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, baik ditinjau dari sudut urutan waktu maupun dari sudut intensitas dan tanggung jawab pendidikan yang berlangsung dalam keluarga. Oleh karena itu pendidikan keluarga akan sangat menentukan proses pendidikan dalam diri seseorang untuk menjalani pendidikan selanjutnya.
Seperti yang dinyatakan oleh Sudjana (2004 : 67) bahwa pendidikan keluarga (Family Life Education) muncul dalam dunia pendidikan yang didasarkan atas 2 fenomena kehidupan masyarakat, kedua keadaan dan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar berpengaruh pula terhadap kehidupan keluarga. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan yang terpenting, karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sejak kini, keluarga selalu mempengaruhi perkembangan budi pekerti tiap-tiap manusia. Di samping itu orangtua dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendiri ke dalam jiwa anak-anaknya.
Maka dar itu, peran orangtua sangat penting dalam menentukan aktifitas kegiatan bermain anak, hendaknya orangtua mampu membimbing anak saat bermain agar berada alam dunianya itu secara aman dan nyaman. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih permainnanya sendiri serta teman-teman sepermainanya, tetapi orangtua tetap bertanggungjawab. Dalam hal ini orangtua tetap menjamin agar pilihan anak tersebut tepat, sehingga teman-teman dan sahabatnya memberikan angin segar dan pengaruh yang sehat bagi pertumbuhan ke arah kedewasaan.
Sumber :
Murtiningsih, Dwi. “n.d”. Peran Orangtua Dalam Kegiatan Bermain Anak Usia Dini ( 4-6 Tahun) Di Rumah. Diakses pada 15 Agustus 2024, dari https://ejournal.upi.edu/index.php/pls/article/download/5421/3717&ved=2ahUKEwj6y_KU6vWHAxWjRWcHHSf-Eg0QFnoECB4QAQ&usg=AOvVaw0VkJAJs8s8dVKjg7Pp67xg
Tinggalkan Komentar