Penulis : Irma Octavianty, S.Pd.
(Kepala TK YBIS)
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah. Semoga Allah Ta’alaa meneguhkan kita dalam mengikuti agama ini sampai kita bertemu dengan Allah dalam keadaan Allah ridha kepada kita.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan seluruh orang yang mengikuti jejaknya hingga hari kiamat. Amiin.
Mari Mengajari dan membiasakan anak-anak dengan amalan sunnah dan adab-adab yang diajarkan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam karena dengan membiasakan mereka adab-adab islami, amalan islami dan juga akidah islami semenjak dini, akan menjadikan apa yang kita ajarkan benar-benar tertanam kokoh dalam jiwa mereka. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits, di antaranya:
عن بن عباس قال كنت خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فقال ثم يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي
“Dari sahabat Ibnu Abbas ia berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda kepadaku: ‘Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syariat) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat takdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.’” (Riwayat Ahmad, dan At Tirmizy)
Betapa besar dan betapa dalam pendidikan yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kepada anak pamannya Abdullah bin ‘Abbas,
Prinsip-prinsip aqidah dan keyakinan seorang muslim telah beliau tanamkan pada diri Abdullah bin Abbas semenjak ia belum baligh, bukan hanya adab-adab yang berkenaan dengan amaliyah sehari-hari, shalat berjamaah dll.
Begitu juga halnya dengan cucu beliau Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib rodhiallahu ‘anhu, hal-hal prinsip telah beliau ajarkan kepadanya, di antaranya adalah haramnya memakan harta shadaqah bagi keluarga Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam:
أخذ الحسن بن علي رضي الله عنهما تمرة من تمر الصدقة فجعلها في فيه فقال النبي صلى الله عليه وسلم: كخ كخ ليطرحها ثم قال أما شعرت أنا لا نأكل الصدقة. متفق عليه
“Al Hasan bin Ali rodhiallahu ‘anhuma mengambil sebiji kurma dari kurma shadaqah (zakat), kemudian ia memasukkannya ke dalam mulut (hendak memakannya) maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: ‘Kakh, kakh,’ agar ia mencampakkannya, kemudian beliau bersabda kepadanya, ‘Tidakkah engkau sadar bahwa kita tidak (halal) memakan shadaqah?’” (Muttafaqun ‘alaih)
Hadits ini menjadi dasar kuat bagi prinsip pendidikan anak, yaitu semenjak dini kita ajarkan anak-anak kita untuk tidak memakan harta haram, dan menjauhi segala makanan yang tidak boleh dimakan. Dan juga menjauhi segala perbuatan yang tidak dibenarkan dalam agama. Di antara yang menunjukkan bahwa pendidikan anak harus dilakukan semenjak dini ialah hadits berikut:
عن عمر بن أبي سلمة رضي الله عنه يقول :كنت غلاما في حجر رسول الله صلى الله عليه وسلم وكانت يدي تطيش في الصحفة، فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا غلام سم الله وكل بيمينك وكل مما يليك فما زالت تلك طعمتي بعد. متفق عليه
“Dari sahabat Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Dahulu ketika aku masih kecil dan menjadi anak tiri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan (bila sedang makan) tanganku (aku) julurkan ke segala sisi piring, maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.’ Maka semenjak itu, itulah etikaku ketika aku makan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan secara khusus yang berkenaan dengan shalat, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
مروا أولادكم بالصلاة و هم أبناء سبع سنين و اضربوهم عليها و هم أبناء عشر. رواه أحمد وأبو داود والحاكم
“Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan shalat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun, dan pukullah karenanya tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”
Pada hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas mensyariatkan agar pendidikan shalat dimulai semenjak dini, yaitu sebelum baligh, bahkan ketika ia baru berumur tujuh tahun ia sudah diperintahkan untuk shalat. Tentu syariat ini memerlukan persiapan, yaitu dengan mengajarkan tata cara shalat, dimulai dari cara berwudhu, rukun-rukun shalat, wajib-wajibnya, sunnah-sunnahnya, hingga yang membatalkannya. Dan persiapan ini bisa dilakukan semenjak dini walau ia belum diperintahkan, dan tidak perlu dimarahi kalau tidak mau shalat. Akan tetapi bila sudah berumur tujuh tahun, maka disyariatkan untuk memerintahkannya shalat, dengan pengertian: kita mewajibkan atasnya, dan bila ia tidak mau maka kita memarahinya, walau tidak sampai menghukuminya dengan memukul, tapi cukup dengan ucapan. Dan bila sudah berumur sepuluh tahun, maka kita disyariatkan memukulnya bila ia tidak mau shalat.
Untuk pendidikan, maka tidak ada batas waktu kapan dimulainya, bahkan berbagai dalil di atas, menunjukkan bahwa seyogyanya pendidikan baik yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai aqidah islamiah, adab-adab islami, atau amaliah islamiah dimulai sedini mungkin. Bahkan para ulama menyebutkan bahwa pendidikan bukan hanya dimulai hanya setelah sang anak terlahirkan ke dunia, akan tetapi dimulai jauh-jauh hari, yaitu dengan cara memilih pasangan yang saleh, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
تخيروا لنطفكم وانكحوا الأكفاء وأنكحوا إليهم رواه ابن ماجة والحاكم
“Pilihlah tempat engkau menanamkan air mani (benih)mu, dan nikahilah wanita-wanita yang sekufu (sederajat), dan nikahkanlah mereka (dengan wanita-wanita yang berada di bawah perwalianmu).” (Riwayat Ibnu Majah, dan Al Hakim)
Pendidikan bukan hanya dengan cara mengajari mereka, akan tetapi lebih dari itu, karena mencakup banyak hal, diantaranya adalah menjaga mereka dari makanan yang tidak halal, dan segala yang tidak halal untuk mereka, demikian ini adalah tanggung jawab besar yang dipikul oleh setiap orang tua, yaitu hendaknya mereka mencari nafkah untuk keluarga, istri dan anaknya dari jalan-jalan yang halal, dan benar-benar ia ketahui akan kehalalannya, agar anaknya benar-benar tumbuh menjadi anak yang saleh, dan akan lebih mudah dididik dengan pendidikan yang benar.
Pendidikan anak akan lebih menghasilkan buahnya bila disertai dengan adanya uswah hasanah, yaitu dengan cara mencontohkan setiap yang kita ajarkan pada mereka dalam bentuk praktek nyata dari orang tua.
Di antara metode pendidikan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah dengan menggunakan metode “perintah dan larangan”.. Dan hal ini “larangan dan perintah” merupakan salah satu pokok ajaran islam, yang lebih dikenal dengan sebutan “amar ma’ruf dan nahi mungkar
Dan yang tidak kalah penting dalam pendidikan anak adalah pembenahan terhadap diri sendiri, jadilah orang yang saleh, dan bertakwa, -dengan izin Allah- bila hal ini telah tercapai, dan kita mendidik anak-anak kita dengan baik, anak-anak kita akan menjadi anak saleh pula. Pelajaran penting dalam dunia pendidikan, yaitu bila orang tuanya saleh, maka -atas izin Allah- anak keturunannya akan dijaga Allah, bukan hanya tentang kehidupannya di dunia, akan tetapi sampai yang berkenaan dengan kehidupan akhiratnya.
Dan yang perlu kita perhatikan dalam mendidik anak kecil ialah, ajari mereka tata cara yang sopan lagi baik dalam menyampaikan alasan, baik alasan ketika meminta, atau menolak, atau mengajak, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman pada orang lain ketika mereka bermain dengan anak-anak mereka.
Semoga Allah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan ‘inayahnya kepada kita dan keluarga kita, sehingga termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat, amiin. Wallahu a’lam bisshawab.
***
Sumber : muslim.or.id & konsultasisyariah.com
Tinggalkan Komentar