Penulis : Ari Saputra, S.Sos, M.Pd
(Guru SD YBIS)
Memberikan nafkah merupakan kewajiban orang tua terhadap anak, namun Islam sangat menekankan pentingnya sumber nafkah yang halal. Nafkah yang berasal dari sumber haram, seperti riba, korupsi, atau penipuan, dapat membawa dampak negatif bukan hanya pada diri si pemberi, tetapi juga terhadap anak-anak yang dinafkahinya. Anak yang tumbuh dari harta haram dapat mengalami kerusakan akhlak, sulit menerima nasihat kebaikan, dan cenderung jauh dari nilai-nilai keimanan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu…”
(QS. Al-Baqarah: 172)
Ayat ini menegaskan bahwa rezeki yang dikonsumsi harus berasal dari yang halal dan baik. Memberikan nafkah haram berarti memberi anak “racun” yang perlahan merusak hati dan pikirannya.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka lebih layak baginya.”
(HR. At-Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa makanan haram dapat membentuk karakter buruk dan menjauhkan anak dari keberkahan hidup. Banyak anak yang membangkang, sulit diarahkan, atau mudah terjerumus dalam perbuatan maksiat disebabkan oleh efek dari makanan dan nafkah haram yang mereka konsumsi sejak kecil.
Kesimpulan
Memberikan nafkah halal adalah bentuk tanggung jawab moral dan spiritual. Harta haram, meskipun tampak menguntungkan, akan berdampak buruk pada jiwa dan perilaku anak. Oleh karena itu, orang tua wajib berhati-hati dalam mencari rezeki agar anak tumbuh dalam keberkahan, dengan akhlak yang mulia dan hati yang bersih.
Tinggalkan Komentar